1 September 2020, hari Selasa malam, dari pukul 19.30 – 22.30 WIB. Kurang lebih 30 orang praktisi IT, dari mulai Relawan TIK Kota Cirebon, Pelaku UKM, Pengusaha dan Mahasiswa, berkumpul di Kalera Coffee yang beralamat di Jalan Setia Budi No. 2 atau Samping BPJS Kesehatan Kota Cirebon. Mereka berdiskusi tema “Zaman Digital, Terjepit atau Melejit?” dalam acara Ngopi atau Ngobrol Inspiratif yang berkonsep diskusi, dimana MC memandu narasumber untuk menjawab pertanyaan dan sesekali dilempar pada peserta yang ingin mengajukan pertanyaan pula.
Muhammad Arifin, ketua Relawan TIK Kota Cirebon menjadi salah satu dari 5 narasumber yang mengisi diskusi tersebut. 4 diantaranya ialah Iid Anwar Hidayat dari DKIS Kota Cirebon, Dudi Suryadarma dari Praktisi IT, Ahwan Soekardi dari Synnex Metrodata Indonesia, dan Freddy dari Dell Indonesia. Mewakili RTIK Kota Cirebon, Arifin diberi kesempatan memaparkan tema diskusi mengenai bagimana RTIK itu sendiri, kemudian bagaimana program RTIK Kota Cirebon dan apa saja penghargaan yang telah diraih oleh RTIK Kota Cirebon.
“Kenapa RTIK ada? Karena Kota Cirebon terpilih menjadi Kota Smart City, 25 kota pertama yang menerapkan Smart City, di situ menyebutkan harus ada Relawan TIK nya. Mengapa? Karena Smart City tidak bisa digerakan sendiri oleh pemerintahan, tapi harus ada Smart society, harus ada unsur komunitasnya, harus ada masyarakat, ada relawannya yang mau mengawal di luar sisi pemerintahannya”. Ungkap Arifin saat memaparkan alasan dibentuknya Relawan RTIK.
Bukti keberadaan RTIK Kota Cirebon, ditandai dengan beberapa kinerja yang telah dilakukan. “Dari 2017 kami sudah banyak, dan tak terhitung melakukan berbagai pelatihan dari level RT, RW, Sekolah. Hampir rutin setiap tahunnya mengadakan pelatihan di sekolah-sekolah, dan ke kelurahan. Kemudian puncaknya di 2018, padahal usia baru 1 tahun waktu itu. Kami dipercaya menjadi tuan rumah Festival Teknologi Nasional, atau Festival TIK Nasional di Cirebon. Kami hadirkan 4 seminar nasional dari 30 workshop, dan waktu itu digelar secara dua hari, dan yang hadir sebanyak 600 orang, dan semuanya itu free” jelas Arifin dengan semangat, yang duduk diantara para narasumber.
Tak lupa Arifin pun menjelaskan, bagaimana teknis dan batasan dalam menggandeng RTIK untuk memberikan pelatihan. Yaitu dengan cara mengirim surat pengajuan, kemudian mencantumkan tujuan yang ingin dicapainya apa, atau spesifikasi tujuannya apa. “Misalkan minta dibuatkan website, pertama kami siap mendampingi, melatih, kalo itu bukan lembaga komersil” begitu ujar Arifin. “Kalo perusahaan kami tidak bisa, tapi kalo sifatnya komunitas organisasi yang sosial, bisa. Jadi ada batasnya. Bahkan dengan pemerintahan juga begitu, misalnya BKK, dia minta dibuatkan website waktu itu website P2WKSS. Kira-kira ibu-ibu ini mereka bisa mengelola website P2WKSS, yasudah karna mintanya itu maka kami ajarkan itu. Jadi tergantung mintanya aja apa, begitu. Karena domain keknologi komunikasi itu variabelnya ada banyak” begitu tambahnya. (DAP)
Discussion about this post